![]() |
Kali Kala Sumber foto: Instagram @kalikala.id |
Yogjakarta merupakan salah
satu kota yang khas dengan berbagai julukan, mulai dari kota gudeg, kota
seniman, kota wisata, kota batik dan masih banyak sebutannya. Banyak orang yang
pernah berkunjung ke kota ini mengatakan bahwa Yogjakarta adalah kota yang
bikin kangen, maka tidak sedikit dari mereka yang kemudian ingin kembali
berkunjung.
Banyak yang tidak
menampik bahwa di setiap sudut-sudut kota menawarkan berbagai keanekaragaman
seni dan budaya dengan nuansa kerakyatan yang dihadirkan menjadi salah satu
daya tarik wisatawan datang. Sebagai kota budaya, Yogja tidak pernah sepi dari
agenda seni, mulai dari pameran, pertunjukan teater, musik dan sastra.
Keberadaan kota ini tidak lepas dari galeri seni dan gedung-gedung pertunjukan.
Setiap tahunnya kerap kota ini menjadi tujuan pecinta seni, business, travelling yang tinggi, baik wisatawan lokal maupun mancanegara. Jadi tidaklah heran jika banyak
pilihan hotel, losmen, homestay yang bisa Anda temukan di kota ini.
![]() |
Teras Depan Sumber Foto: Koleksi Kali Kala |
Saat bincang-bincang dengan Rupa dan Kata, Delima menceritakan awal memulai
bisnis homestay karena banyak kawannya yang menjalankan bisnis ini. Selain itu ia menangkap terbukanya peluang karena potensi pariwisata di kota Yogja sangat besar . "karena tinggal sendiri dan ada kamar kosong, dari pada didiamkan lebih baik dimanfaatkan untuk menambah penghasilan dan tambah banyak kenalan. Apalagi sekarang ini di Yogja, banyak traveler yang suka suasana penginapan yang hommy", ujar Delima.
Ia, memulai bisnis
homestay pada tahun 2015, awalnya menggunakan konsep BnB yaitu seperti
saat berkunjung ke kota lain, menginap di satu tempat yang rasanya lebih seperti menginap di rumah teman. Konsep yang lebih menekankan pada jejaring antar perkawanan.
Dari segi fungsi, Kali Kala sebagai ruang
penginapan sama halnya dengan jenis penginapan lain yaitu setiap tamu yang menginap memiliki tujuan melepaskan lelah, tidur dsb. Perbedaannya konsep Kali Kala adalah lebih hommy, inilah yang menjadi keunikan tersendiri
dan nilai lebih.
Hal ini dijelaskan oleh Delima: “saya memang lebih suka
yang bentuknya hommy, kalau di Indonesia homestay identik dengan menyewa satu
rumah full dan tidak ada pemilik rumah. Sedangkan di Kalikala, ada pemiliknya,
saya tetap tinggal di sini. Dengan demikian saya dan tamu yang datang bisa
sharing bareng, saling mengenal. Konsep itu saya terapkan agar tamu merasa
lebih nyaman dan saya juga lebih nyaman".
Fasilitas Dan Dekorasi Ruangan
![]() |
Ruang Santai Sumber Foto: Koleksi Kali Kala |
Kamar yang disediakan
ada 2 tipe, yaitu: tipe standard double dan double kecil. Masing-masing
kamar dilengkapi dengan kipas angin, lampu tidur, meja rias, gantungan baju
dengan konsep unik dan handuk. Pagi hari, sudah tidak perlu mencari
sarapan karena setelah jam 8 pagi sudah disiapkan menu sarapan tradisional, seperti: nasi kuning, kupat tahu, nasi uduk atau jajajan pasar: lemper, semar mendem dsb.
Dari segi desain
interior, Kali Kala menggunakan konsep minimalis. Di dinding ruang tengah dan
meja makan terdapat lukisan mural dengan bentuk sederhana dan tidak memiliki banyak detail. Dengan pemilihan objek dan warna yang sesuai, karya mural bisa mengurangi kesan kosong dan dalam. Pemilihan tone warna atau gaya interior diselaraskan dengan bentuk dan warna lukisan dinding.
Di ruang dalam Kali Kala memang tidak banyak barang atau hiasan, hanya beberapa meja ditambah bantal gaya lesehan serta meja dengan tumpukan
buku, catalog beberapa destinasi wisata, galeri, café, artshop di kota
Yogjakarta. Begitupun di ruang makan, pemilihan kursi dan meja kayu dengan sentuhan warna bantal dipilih selaras dengan lukisan dinding. Walau tampak sederhana namun hal bisa memberikan kesan elegant.
![]() |
Ruang Makan Sumber Foto: Koleksi Kali Kala |
Selain nyaman, Kali Kala
menawarkan konsep ramah lingkungan. Meja, rak, kursi serta beberapa interior
lainnya dominan terbuat dari kayu yang ia olah kembali. Tirai dengan hiasan kain perca juga hasil kerajinan tangannya sendiri. "Saya tertarik dengan konsep reduce, yaitu menggunakan barang-barang yang ada, jadi tidak terbuang percuma, mengurangi belanja barang yang merusak lingkungan atau yang tidak dibutuhkan. Saya tidak butuh banyak barang untuk membuat hidup bahagia, yang penting khan tujuannya", tutur Delima menjelaskan konsep pemilihan/ penggunaan barang-barang interior maupun eksterior.
Perempuan kelahiran Mei
1981 ini memiliki rencana kedepan selain mengelola homestay, ia akan menyediakan kerajinan handmade, jadi para traveler yang menginap tidak
perlu repot mencari cendramata.
Kali Kala Pencampuran
Homestay Tradisional Dan Modern
![]() |
Delima bersama para traveler yang menginap di Kalikala Sumber foto: Instagram @kalikala.id |
Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, dari segi fungsi Kali Kala sama halnya
dengan homestay atau penginapan lainnya yaitu menyediakan kepentingan akomodasi bagi para traveler baik lokal maupun mancanegara. Namun, pengalaman Rupa dan Kata yang dirasakan selama menginap
adalah perlakuan yang dilakukan lebih alami tanpa ada
unsur kemasan yang dibuat-buat. Artinya, fasilitas dan perlakuan semua terlihat
wajar tanpa ada maksud tertentu, untuk mengagungkan tamu seolah-olah adalah raja.
Keberadaan traveler yang
menginap lebih seperti dianggap kawan atau saudara yang sudah lama tidak bertemu lalu tinggal
dalam beberapa waktu tertentu. Walaupun konsepnya semi
homestay tradisional, namun tidak akhirnya Delima mengenyampingkan aspek bisnis
dan manajemen dalam pengelolaannya. Ia memanfaatkan beberapa media pemasaran
dengan menyediakan fasilitas booking online, untuk mempermudah proses pemesanan dimanapun dan kapanpun.
Dengan terbukanya publikasi, jika dibandingkan dengan jumlah kamar yang disediakan (hanya 2), Delima tidak hanya berupaya mendatangkan tamu sebanyak-banyaknya, ia menerapkan beberapa aturan, misalnya memperlihatkan KTP atau kartu identitas lainnya, proses check-in, tidak merokok di dalam rumah, (area smoking disediakan di teras depan).
Dengan terbukanya publikasi, jika dibandingkan dengan jumlah kamar yang disediakan (hanya 2), Delima tidak hanya berupaya mendatangkan tamu sebanyak-banyaknya, ia menerapkan beberapa aturan, misalnya memperlihatkan KTP atau kartu identitas lainnya, proses check-in, tidak merokok di dalam rumah, (area smoking disediakan di teras depan).
Kali Kala dengan sentuhan
pengetahuan dan penerapan homestay dalam skala kecil untuk pemenuhan kebutuhan
homestay di jaman modern seperti sekarang ini, menjadi sesuatu yang dirindukan. Sejak orang-orang mulai sibuk dengan layar gadget, upload foto, memikirkan status, siapa dan berapa banyak followers dsb.
Di teras depan, sambil menikmati kopi dan teh bersama, secara langsung terjadi proses interaksi yang diartikulasikan dengan santai. Di Kali Kala bukan lagi soal tidur, istirahat, mandi
atau sekedar menyimpan barang. Namun secara alami,
terjadi pertukaran kebudayaan kebiasaan dan saling memahami sesama pemilik
homestay dan para traveler yang menginap. Artinya, secara tidak langsung, terjadi perilaku
social learning atau membudayakan sikap interaksi langsung dengan
bersosialisasi, berkomunikasi, menjalin hubungan harmonis yang didasari sikap
saling menghormati dan menghargai budaya lain. Rasanya ini yang sudah lama hilang, berkenalan dalam perjalanan dan persinggahan,
Kembali ke kamar di Kali Kala, di sebuah rak terdapat tumpukan buku tertata dengan rapi. Salah satunya buku Paulo Coehlo. Jadi teringat salah satu kalimat dalam novelnya yang berjudul "The Zair":
Kembali ke kamar di Kali Kala, di sebuah rak terdapat tumpukan buku tertata dengan rapi. Salah satunya buku Paulo Coehlo. Jadi teringat salah satu kalimat dalam novelnya yang berjudul "The Zair":
“ …
yang penting dalam sebuah hubungan manusia adalah percakapan, tapi orang tidak
bicara lagi. Mereka tidak duduk untuk berbincang dan mendengarkan. Mereka pergi
ke teater, bioskop, menonton televisi, mendengarkan radio, membaca buku. Mereka
hampir tidak pernah bicara. Jika kita ingin merubah dunia. Kita harus kembali ke
waktu ketika prajurit berkumpul disekitar api dan bercerita". (Penulis: Besti Rahulasmoro)
0 komentar:
Post a Comment